“Ukhti, aku tertarik ta’aruf sama anti.” Itulah kalimat yang sering diadukan oleh para akhwat yang penulis kenal. Dalam satu minggu bisa ada dua tawaran ta’aruf dari ikhwan dunia maya. Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si ikhwan tertarik pada akhkwat melalui penilaian komentar akhwat. Banyaknya jaringan sosial di dunia maya seperti facebook, yahoo messenger, dll, menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Begitu lembut dan halusnya jebakan dunia maya, tanpa disadari mudah menggelincirkan diri manusia ke jurang kebinasaan. Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan sebenarnya. Seorang bergelar ikhwan memajang profil islami, tapi serampangan memaknai ta’aruf. Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, langsung berani mengungkapkan kata ‘ta’aruf’, tanpa perantara. Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara sempit, pelajari dulu serangkaian tata cara ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. Jika memakai kata ta’aruf untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam telah memberi konsep yang jelas dalam tatacara ta’aruf. Suatu ketika ada sebuah cerita di salah satu situs jejaring sosial, pasangan akhwat-ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan untuk menjaga perasaan masing-masing, digantilah status mereka berdua sebagai pasutri, sungguh memiriskan hati. Pernah juga ada kisah ikhwan-akhwat yang saling mengumbar kegenitan di dunia maya, berikut ini petikan obrolannya: “Assalamualaikum ukhti,” Sapa sang ikhwan. “‘Wa’alikumsalam akhi,” Balas sang akhwat. “Subhanallah ukhti, ana kagum dengan kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti Khaulah binti azwar, bla bla bla bla…” puji ikhwan tersebut. Apakah berakhir sampai di sini? Oh no…. Rupanya yang ditemui ini juga akhwat genit, maka berlanjutlah obrolan tersebut, si ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah punya calon, lantas si akhwat menjawab. “Alangkah beruntungnya akhwat yang mendapatkan akhi kelak.” Sang ikhwan pun tidak mau kalah, balas memuji akhwat. “Subhanallah, sangat beruntung ikhwan yang mendapatkan bidadari dunia seperti anti.” ....Banyaknya jaringan sosial di dunia maya menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya.... Owh mengerikan, berlebay-lebay di dunia maya, syaitan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan pernikahan. Dengan bangganya sang ikhwan menaburkan janji-janji manis, akan mengajak akhwat hidup di planet mars, mengunjungi benua-benua di dunia. Hingga larutlah keduanya dalam janji-janji lebay. Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya……a’udzubillah, bukan begitu ta’aruf yang Rasulullah ajarkan. Wahai Ikhwan, Jangan Permainkan Ta’aruf! Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam. ....Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan?.... Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main. Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay. Wahai Ikhwan, Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya. ....luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.... Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis. Duhai Akhwat, Jaga Hijabmu! Duhai akhwat, jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan meredahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri. Duhai akhwat, terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya? Duhai akhwat, sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya. ....berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram.... Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada di dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak. Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah. [Yulianna PS/voa-islam.com]t
Oleh M. Arif As-Salman
Namanya Abdul Lathif. Usianya ditaksir telah melewati angka lima puluh tahun. Ia berasal dari Amerika Latin. Dalam konteks sejarah, Amerika Latin berarti semua wilayah benua Amerika yang dulunya merupakan koloni kerajaan Spanyol, Portugis, dan Perancis yang penduduknya berbicara bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa Latin. Dalam pengertian ini, wilayah Amerika Serikat Barat Daya seperti Florida dan Louisiana Perancis juga termasuk Amerika Latin.
Saat ini laki-laki itu menetap di kota Boston. Ia datang dari Amerika ke Mesir untuk bersilaturahmi. Sebelumnya ia adalah seorang non-muslim. Allah telah memberinya hidayah untuk memeluk agama Islam. Setelah keislamannya waktunya selalu ia isi untuk mengajak manusia pada agama Allah Swt.
Ketika ia tiba di Mesir, ia meminta salah seorang dari orang Mesir untuk menemaninya melakukan kunjungan ke berbagai pusat-pusat kegiatan keislaman. Saat itu ia minta diajak ke mesjid Amru bin Ash, yang dibangun pada tahun 641 M/21 H. Ketika berada di mesjid tersebut, ia mendapati beberapa orang turis yang tengah menelusuri dan menikmati mesjid tersebut. Lalu hatinya tergerak untuk mendekati mereka.
Kesempatan itupun tak ia lewatkan. Ia berbicara tentang islam, keindahan agama islam, tentang hakikat hidup di dunia dan tentang akhirat. Dengan kata-katanya yang bijak dan penuh daya tarik, akhirnya mereka yang ia ajak berbicara tersebut tersentuh lalu memeluk agama Islam.
Setelah mengucap dua kalimat syahadat, Syekh Abdul Lathif menanyakan nama masing-masing mereka, alamat e-mail, dan nomor telpon. Tujuannya agar ia terus bisa mengikuti perkembangan keislaman mereka. Saat orang Mesir yang menemaninya itu melihat buku catatan yang ia tuliskan di dalamnya nama-nama, alamat e-mail dan nomor telpon mereka yang baru masuk Islam itu, ia dapatkan telah tertulis 10.000 nama yang telah ia ajak masuk Islam.
Orang Mesir itu pun menjadi takjub dan kagum luar biasa. Betapa gigihnya Syekh Abdul Lathif dalam menyebarkan dakwah Islam pada setiap orang yang belum merasakan indahnya Islam.
Kisah singkat ini begitu luar biasa dan sangat menyentuh. Kisah ini saya dapatkan saat menghadiri ceramah dwimingguan di Mesjid Al-Madinah Al-Munawwarah, di Kawasan Hay Sabek, Madinat Nasr, Kairo. Saat itu seorang pemuda Mesir yang membawakan kisah ini. Semua yang hadir saat itu berdecak penuh kagum. Menimbulkan motivasi yang luar biasa!
Begitulah semestinya semangat dakwah yang dimiliki seorang muslim, yang mengaku menjadi pengikut Rasulullah Saw. Betapa umat ini akan senantiasa dalam kebaikan dan betapa Islam ini akan terus lebar sayapnya jika setiap muslim bergerak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing untuk mengajak manusia ke jalan Allah. Mulai dari diri sendiri, keluarga, kerabat, tetangga, dan seterusnya masyarakat serta seluruh manusia yang hidup di setiap penjuru bumi ini.
Tanpa Islam hidup ini akan terasa sangat hampa dan kering. Harta yang berlimpah tak lah mampu memberikan kebahagiaan dalam hati, jika hati kosong dari cahaya iman, jika dada selalu bergemuruh dengan nafsu.
Kita perlu bertanya, sampai saat ini sudah berapa manusia yang telah bisa kita Islamkan? Sudah berapa orang yang telah tersentuh jiwanya dengan Islam? Atau malah orang-orang semakin menjauhi dan membenci Islam karena kata-kata dan sikap kita selama ini?!
Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :
Imam Ghazali = ‘ Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = ‘ Orang tua ‘
Murid 2 = ‘ Guru ‘
Murid 3 = ‘ Teman ‘
Murid 4 = ‘ Kaum kerabat ‘
Imam Ghazali = ‘ Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = ‘ Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?’
Murid 1 = ‘ Negeri Cina ‘
Murid 2 = ‘ Bulan ‘
Murid 3 = ‘ Matahari ‘
Murid 4 = ‘ Bintang-bintang ‘
Iman Ghazali = ‘ Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama’.
Iman Ghazali = ‘ Apa yang paling besar didunia ini ?’
Murid 1 = ‘ Gunung ‘
Murid 2 = ‘ Matahari ‘
Murid 3 = ‘ Bumi ‘
Imam Ghazali = ‘ Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.’
IMAM GHAZALI’ Apa yang paling berat didunia? ‘
Murid 1 = ‘ Baja ‘
Murid 2 = ‘ Besi ‘
Murid 3 = ‘ Gajah ‘
Imam Ghazali = ‘ Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.’
Imam Ghazali = ‘ Apa yang paling ringan di dunia ini ?’
Murid 1 = ‘ Kapas’
Murid 2 = ‘ Angin ‘
Murid 3 = ‘ Debu ‘
Murid 4 = ‘ Daun-daun’
Imam Ghazali = ‘ Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat ‘
Imam Ghazali = ‘ Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? ‘
Murid- Murid dengan serentak menjawab = ‘ Pedang ‘
Imam Ghazali = ‘ Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri ‘
***
Alhamdulillah Indri Sahabatku sudah menyadarkanku. awalnya aku bukanlah muslimah sempurna.maksudnya aku tidak bisa menjalankan kewajibanku dengan benar. pertama aku tidak berjilbab, kedua menjalani solat hanya terkadang saja, dan selalu keluar malam dengan pacarku ya dia adalah Doni. aku menjalani cinta dengannya hampir 5 bulan. tapi apa yang terjadi...
***
Waktu itu aku sedang tiduran dan membaca majalah tiba-tiba handphone ku berbunyi."Hallo, ada apa sayang?"tanyaku"Gini, kamu janji gak bakalan marah kan?"dia mengucapkannya dengan gugup"Emangnya kenapa kok tanyanya gitu?"tanyaku lagi"sebetulnya aku selingkuh ma Mega dan aku cinta ma dia aku mo.."kata-katanya terputus"Dasar Pengkhianat kita putus!" bentakku sambil menutup handphonekuUcapannya bagaikan pisau yang menusuk dadaku, sakit sekali membuat mataku menangis. tanpa ku sadari aku menangisinya sampai jam 2 pagi. Tubuhku terbaring lemah, dan tak terasa aku memejamkan mataku yang masih basah. Aku segera berangkat ke pulau mimpi.
***
“Assalamu’alaikum na!” sapa seorang gadis berkerudung yang sudah sangat tidak asing lagi bagiku. Dia adalah tempatku bersandar saat aku mempunyai masalah, dia yang selalu menasehatiku saat aku lalai, dia selalu jujur dan tak pernah mengkhianatiku. Ya dia adalah Muhyi sahabatku dia menghampiriku saat aku sedang duduk termenung di kelas.
“kok bengong?”
“apa? Wa’alaikumsalam! Sorry aku lagi ada masalah!”
“aku sudah tahu dari Firda dia berselingkuh kan?”
“iya yi dia udah menkhianati aku!”mulutku mengisak dan mataku menangis.
“Terus kenapa kamu menangis seharusnya kamu tegar dan kamu harusnya senang.”
“maksud kamu apa kamu seneng aku sedih!”
“tahan emosi kamu dengerin aku dulu dong, didunia ini siapa yang paling kamu cintai jujur saja”
“aku memang masih mencintai pengkhianat itu yi!”
“oh, begitu jadi kau lebih mencintainya dari pada mencintai Allah, Rasulullah,dan kau tidak tiga kali mencintai ibumu dari pada ayahmu?”
“maksud kamu?”
“begini erna kamu boleh mencintai yang lain selain Allah tapi jangan terlalu menyayangi yang lain kamu udah di mabuk syahwat na!”
“lalu bagaimana caranya aku mencintaiNya? Aku selalu meninggalkan perintahNya dan menjalani laranganNya?”
“jangan berputus asa. Lebih baik mulai sekarang kau memakai jilbab, membatasi pergaulan dengan laki-laki, mengerjakkan solat baik fardu atau jika kau sanggup kerjakanlah yang sunnah jangan bolong-bolong ya kamu pasti bias mencintai Allah dari pada mencintai Doni!” perkataan Muhyi membuat dingin kepala dan menyejukkan hatiku. Keputusan ku sudah bulat mulai besok jika aku keluar rumah atau ke kampus aku akan berjilbab, dan aku akan melaksanakan saran Muhyi.
MencintaiNya? OK! Mencintai Doni? No way!
dr curhatan tmn.. ^_^
(http://www.facebook.com/notes/iam-chalimi/lebih-baik-mencintai-ilahi-dari-pada-mencintainya/441048267829)
Wong Fei Hung Ternyata Ulama dan Pendekar Sekaligus Tabib
Selama ini kita hanya mengenal
Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada
Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.
Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.
Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.
Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.
Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.
Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.
Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin. (kaskus.us)/
cybersabili.com/tc/09
JAKARTA (voa-islam.com) – Kesaktian Pancasila patut kini dipertanyakan. Pada peringatan hari Kesaktian Pancasila di Jakarta, pemimpin wakil rakyat yang terhormat justru menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa dia tak hafal Pancasila.
Pada upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (1/10), Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik Kiemas (TK) salah menghafal sila Pancasila yang keempat dan kelima.
Saat membacakan sila keempat lidah suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri itu keseleo. TK mengatakan, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat permusyawaratan perwakilan.” (Kurang kalimat: “kebijaksanaan dalam…”). Menyadari kesalahannya, beberapa saat kemudian TK segera diralatnya. “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,” ucap TK.
...Kesaktian Pancasila patut kini dipertanyakan. Pada peringatan hari Kesaktian Pancasila di Jakarta, pemimpin wakil rakyat yang terhormat justru menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa dia tak hafal Pancasila...
Selanjutnya, saat membaca sila kelima, Taufik Kiemas kembali salah baca Pancasila. “Keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia,” ucap Taufik Kiemas.
Padahal seharusnya sesuai sila kelima Pancasila, berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Upacara peringatan hari Kesaktian Pancasila itu dipimpin oleh Presiden SBY sebagai inspektur upacara. Selain Taufik Kiemas, secara bergantian para pejabat tinggi negara menjadi petugas upacara.
Ketua DPD Irman Gusman menjadi pembaca teks Pancasila, dan Ketua DPR Marzuki Alie membacakan Ikrar Kesetiaan terhadap Pancasila. [taz/inilah]
Wanita tidak semestinya memerlukan lelaki, tetapi wanita dan lelaki saling memerlukan, cinta itu anugerah.
Mengapa wanita memerlukan lelaki di dalam hidupnya? Untuk beberapa waktu dahulu, ia begitu memukul-mukul kepala.
Ya, apa perlu seorang wanita yang bebas mempertaruhkan sebahagian besar hidupnya kepada tangan seorang lelaki?
Bukankah lebih hebat jalan dihujung minggu bersama kawan rapat, berkenyit-kenyitan mata kepada lelaki kacak yang saling tidak putus dan tidak lokek senyum tanda salam perkenalan.
Saya mempunyai seorang rakan, sederhana cantik, tidak terlalu kurus tidak terlalu gemuk, tidak terlalu buruk, tidak terlalu jelita, manisnya ada, santunnya memikat orang tua, beragama juga kerana selalu sahaja diceritakan dia terhendap-hendap membawa sejadah masuk ke bilik stor kecil untuk solat, dan dia sentiasa cuba gembira dengan kehidupannya yang solo.
Tetapi saya fikir, saya faham apa yang berputar-putar dalam kepalanya.
Dia tidak dapat berdusta betapa kebahagiaan cinta kawan-kawan membuatnya cemburu, dan membuatnya selalu terfikir-fikir: Apalah perasaan gadis yang dipuja dan dicintai hebat oleh seorang lelaki.
Kawan, saya harap dia membaca artikel ini. Cinta tidak datang dipaksa-paksa. Cinta tidak juga datang kala kita mahukannya. Jika kita mahukan ia menjadi air, ia datang seperti api.
Tetapi, jika kita bersabar dan menerima ketentuan Tuhan, seorang lelaki yang baik akan didatangkan kepada kita juga. Lelaki yang baik itu tidak turun dari langit.
Lelaki yang baik itu juga tidak semestinya datang dengan kepala berketayap, janggut selambak atau harta membuak-buak.
Tetapi lelaki yang baik, jika Tuhan mahukan dia menemani kita sepanjang hayat, membimbing kelakuan kita, menjaga kemurnian kalbu bersama-sama, mendidik, membuka jalan agar kita dapat memperdalam selok belok agama yang barangkali selama ini hanya menjadi pakaian dan lencana, dan memberikan kita zuriat yang halal lagi dirahmatiNya.
Dia akan datang apabila tiba masanya. Lambat atau cepat, maafkan saya, kerana Allah itu yang lebih mengetahui.
Kawan, kedatangan seorang lelaki dalam kehidupan seorang wanita seperti manusia kudung yang diberikan semula sebelah kakinya. Dia menyempurnakan kita.
Namun, tidak kira semasyhuk mana sekalipun perkasihan dua jantina, selain perkara yang cantik-cantik dan molek-molek, kita, wanita, harus bersedia menerima kehodohan-kehodohan perhubungan.
Kerana apabila kita mempersilakan seorang lelaki duduk di samping kita untuk sepanjang hayat, bererti kita harus langsung juga mempersilakan sekian masalahnya berbaring di bahu kita.
Kerana itu tidak hairan jika kita mendengar ada di kalangan kita, gadis, yang merungut-rungut kerana tanggungjawabnya terhadap keperluan hidup lelaki tidak juga berkurangan walaupun belum lagi berkahwin.
Ya, lelaki memang mendatangkan bahagia.
Tetapi lelaki juga mendatangkan sengsara. Namun jika kita bijak menatangnya, semuanya pasti baik-baik sahaja. Itulah adat dalam perhubungan. Yang buruk-buruk pasti ada.
Barangkali daripada si dia, barangkali juga daripada kita, tetapi kita harus cermat mengimbangkannya agar jodoh berkekalan ke hari tua.
Bagi yang sedang galak bercinta dengan lelaki permata jiwa tetapi menerima tentangan keluarga dua pihak, jika anda fikir anda tidak mungkin mampu hidup bahagia tanpa restu ibu bapa, maka ada baiknya anda menyerah kalah saja.
Walaupun tidak saling memiliki, dan cinta tidak juga diwali dan dinikahi, anda dan dia tetap pengantin di dalam jiwa.
Barangkali sudah sampai masanya anda mencari sahaja lelaki lain untuk dibawa pulang menemui ibu bapa.
Bercakap soal kahwin, beberapa kenalan rapat yang dewasa bersama-sama.
Sejak zaman gatal-menggatal kenyit mengenyit kala di bangku pengajian, kini sudah disunting, dan bakal menjadi isteri kepada lelaki yang mereka cintai.
Semoga mereka tak tersalah pilih.
Dan semoga lelaki yang dipilih, melaksanakan tanggungjawab dan melunaskan hak suami isteri.
Wanita, kita dicipta dengan kemuliaan syahadah. Kerana benih seorang lelaki, kita ini tersenyawa, dikurnia tenaga sehingga kita mampu menyibak jalan keluar dari rahim ibu untuk melihat dunia.
Kerana benih seorang lelaki, kita ini ditiupkan jiwa, menjadi manusia, dan mencari seorang lelaki untuk dicintai, sebagaimana ibu diilhamkan Tuhan untuk berkasih sayang dengan bapa.
Dan kerana Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, kita wanita, kita ini diciptakan daripada lengkungan rusuk kiri lelaki, tidak terlalu gagah sehingga mengenepi kudrat lelaki, tidak juga terlalu lemah sehingga jatuh menyembah kaki.
Tetapi kerana ciptaan Tuhan itu indah, kita terbit daripada rusuk lelaki, bukan dekat kepala untuk dijunjungi, bukan dekat bahu untuk membebani, bukan dekat lengan untuk dijulangi, bukan dekat jari untuk disakiti, bukan dekat pinggul untuk dihenyaki, bukan dekat lutut untuk ditindihi, bukan dekat kaki untuk ditunggangi, tetapi dekat pelusuk hati untuk dimulia, disayangi dan dicintai.
Andai lelaki itu burung yang terbang, kita adalah angin lembut yang bersisir-sisiran sepanjang perjalanannya.
Tetapi kerana fitrah kejadian Tuhan wanita itu kebergantungan hidupnya harus saja diserahkan kepada seorang lelaki yang boleh melindungi, maka kita pun tidak selamanya mahu menjadi angin semata-mata.
Kita mahu menjadi bunga, menghias sayapnya. Kita mahu terus bersama-sama, terbang dari rendah perkebunan bunga sehingga ke sayup langit terbuka, sehingga jalannya yang paling hujung, sehingga kita tua, rapuh dan mati.
Tetapi kita bahagia dalam dakapannya, semoga kita semua diketemukan dengan jodoh yang baik..InsyaAllah...