Strategi Penyesatan Gerakan Islam
hayatulislam.net - Perang antara yang haq dan yang batil telah berlangsung sejak lama, sejak masa Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad Saw. Berbagai macam cara ditempuh untuk membungkam dan memadamkan semangat para pembela kebenaran. Godaan, rayuan, tipuan, sampai tindakan represif dilancarkan oleh musuh-musuh Islam; pihak yang membenci Islam sebagai sebuah ideologi. Menghadapi kenyataan seperti ini, Rasulullah Saw dan para sahabatnya tetap bersemangat memperjuangkan Islam, meskipun harus mengorbankan segalanya.
Saat ini pun, bahaya kekerasan fisik yang dihadapi dan diterima para pengemban dakwah beragam bentuknya; seperti penangkapan, penyiksaan, pengusiran, pemaksaan, sampai pemutusan hubungan kerja (PHK), dan sebagainya. Namun demikian, bentuk intimidasi seperti itu relatif lebih ringan bahayanya dibandingkan dengan cara-cara penyesatan. Hal itu terjadi karena cara-cara kekerasan fisik yang dipakai melawan pengemban dakwah terbukti tidak efektif. Keteguhan pengemban dakwah dalam menghadapi serangan fisik justru makin menambah kepercayaan umat kepada mereka dan kian memperkuat keyakinan umat terhadap pemikiran mereka. Selain itu, kekerasan yang bersifat fisik, hanya akan mempertebal simpati umat kepada mereka, terutama karena pemikiran mereka merupakan inti keyakinan umat.
Hal ini pun pernah dialami oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya di Makkah. Ketika orang-orang Quraisy memboikot, menyakiti, dan menyiksa mereka, Rasulullah dan para sahabatnya justru menghadapi semua itu dengan penuh kesabaran dan keteguhan. Sikap seperti ini malah memberikan pengaruh positif bagi beberapa pribadi (dari kalangan Quraisy. red.) yang kemudian mengantarkan mereka pada keimanan. Bukan hanya itu, kesabaran dan keteguhan Rasulullah Saw dan para sahabatnya bahkan mampu membatalkan pemboikotan dan mengurangi penyiksaan terhadap mereka yang teguh dalam mengemban dakwah.
Penyesatan, jika tidak disadari oleh umat, sesungguhnya akan menciptakan bahaya berupa keretakan hubungan antara umat dan agamanya, juga antara umat dan para pengemban dakwah yang telah menetapkan dan memperjuangkan kemaslahatan umat.
Model penyesatan yang dipakai oleh orang-orang Barat kafir melawan para aktivis gerakan Islam bermacam-macam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, mengaburkan gagasan Daulah Islamiyah. Barat dan orang-orang kafir lainnya telah mempergunakan berbagai cara penyesatan atas kaum Muslim mengenai hakikat Daulah Islamiyah yang sudah mengakar kuat (well established) dalam diri kaum Muslim. Mereka juga melakukan penyesatan terhadap ide melanjutkan kembali Daulah Islamiyah dalam realitas kehidupan. Di antara cara-cara yang digunakan adalah menciptakan dan mendukung berdirinya kelompok-kelompok keislaman yang hanya menyerukan akhlak dan ibadah, kelompok-kelompok yang hanya mementingkan dan menyucikan akidah semata tanpa memperhatikan masalah hukum, atau kelompok-kelompok yang menekankan aktivitasnya hanya pada pencetakan buku-buku. Cara-cara seperti ini direalisasikan melalui para agen mereka, yakni para penguasa kaum Muslim, dengan tujuan memantapkan pemikiran sekularisme dan sekaligus memalingkan kaum Muslim dari tujuan yang mulia, yakni menegakkan kembali Daulah Islamiyah. Padahal, problem terbesar kaum Muslim yang telah mengakibatkan segala penderitaan atas mereka adalah hilangnya Daulah Islamiyah.
Barat dan negara kafir lainnya mengurusi berbagai kelompok tersebut dan membuka pusat-pusat kegiatannya di dalam negeri. Bantuan mereka diwujudkan melalui pemberian dukungan berupa materi, motivasi, dan informasi. Mereka juga memberikan kesempatan kepada berbagai kelompok yang dibentuknya untuk berkiprah di luar negara-negara Arab atau di negeri-negeri Islam lainnya. Tujuannya adalah dalam rangka meluaskan strategi penyesatannya atas kaum Muslim di luar negeri.
Sudah menjadi rahasia umum, pemerintah di sejumlah negeri Islam tersebut telah mengucurkan dana jutaan dollar untuk mendukung berbagai aktivitas mereka. Dana tersebut ditujukan, misalnya, untuk membangun Islamic Center dan mendirikan berbagai kelompok ’Islami’, baik di dalam maupun di luar negeri. Akan tetapi, pada waktu yang sama, mereka justru memerangi para aktivis gerakan Islam yang ikhlas berjuang untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam di bawah naungan Daulah Islamiyah, yakni negara yang memerintah berdasarkan wahyu yang diturunkan Allah SWT. Bahkan, kekerasan para penguasa tersebut terhadap berbagai gerakan Islam yang bercita-cita menegakkan Daulah Islamiyah sangat tidak mengenal belas kasihan. Dengan demikian, kebijakan para penguasa tersebut —yang seolah-olah ditujukan untuk memajukan Islam— sebetulnya bukan untuk kepentingan Islam. Sebaliknya, semua itu justru ditujukan untuk melenyapkan eksistensi Islam melalui strategi penyesatan yang menipu. Alasannya, kalau memang demi Islam, para penguasa tersebut sudah selayaknya mendukung setiap gerakan yang menghendaki diterapkannya hukum-hukum Islam secara formal melalui penegakkan kembali Daulah Islamiyah.
Untuk melengkapi serangannya terhadap gagasan penegakkan kembali Daulah Islamiyah, Barat juga memanfaatkan para penulis yang tidak bertakwa kepada Allah SWT, yakni mereka yang mengatakan bahwa ide Daulah Islamiyah hanya ada pada masa tertentu di masa lalu dan hilang bersamaan dengan berakhirnya masa tersebut. Mereka juga melakukan propaganda bahwa gagasan pendirian kembali Daulah Islamiyah ini tidak termasuk dalam pembahasan hukum-hukum Islam, tetapi hanya sekadar masalah teknis saja dan bersifat pilihan, bukan sesuatu yang wajib diwujudkan. Artinya, bentuk negara dalam Islam boleh mengalami transformasi sesuai dengan tuntutan zaman, misalnya, dengan mengambil aturan pemerintahan yang berasal dari sistem yang lain, seperti bentuk republik. Di antara orang-orang yang masuk ke dalam kategori ini adalah az-Zuhayli, al-Qardhawi, dan yang lainya.
Demikian pula yang dilakukan oleh berbagai jaringan intelejen di negeri-negeri Islam tersebut. Mereka mengarahkan serangannya kepada para pengemban dakwah yang ikhlas. Mereka melontarkan berbagai tuduhan dan kedustaan terhadap para pengemban dakwah tersebut. Serangan tersebut acapkali bersembunyi di balik para penulis bayaran yang bergelar syaikh yang tidak takut kepada Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya. Dalam hal ini, berbagai jaringan intelejen tersebut juga mempergunakan sejumlah cara penyesatan, di antaranya dengan mengkritisi, mengendalikan, atau memojokkan berbagai gerakan-gerakan Islam, dan lain-lain.
Cara lain yang ditempuh untuk memerangi gagasan Daulah Islamiyah —bahkan ini merupakan cara yang paling berbahaya dibandingkan dengan semua cara yang ada— adalah mengadopsi ide itu sendiri setelah sebelumnya dipelintir, yakni melalui jalur propaganda yang dibuat oleh sebagian penguasa di negeri-negeri Islam. Para penguasa tersebut mempropagandakan bahwa negara mereka adalah negara yang islami. Propaganda semacam ini dipergunakan untuk menguras semangat dan ghîrah orang-orang yang konsisten dengan agamanya, memalingkan mereka ke arah yang salah, serta mengarahkan aktivitas mereka yang ikhlas ke wilayah tertentu yang mereka kehendaki. Akibatnya, kaum Muslim yang terpengaruh oleh tipudaya mereka ini hanya menghabiskan banyak waktu dan tenaga, karena seratus persen hasilnya, disadari ataupun tidak, malah ditujukan untuk melayani kepentingan orang-orang kafir.
Efek bahaya dari strategi seperti ini tidak hanya terbatas pada masa sebelum Daulah Islamiyah berdiri, sebagaimana saat ini, tetapi juga setelah berdirinya kembali nanti. Barat akan tetap memilih cara ini untuk mengumumkan berdirinya “Daulah-daulah Islamiyah” ketika berdiri Daulah Islamiyah yang sejati. Cara ini dilakukan dalam rangka menyesatkan pandangan kaum Muslim terhadap hakikat Daulah Islamiyah yang sejati.
Kedua, menyeret berbagai gerakan Islam ke kancah perang fisik. Merasa belum cukup memerangi ide dengan ide, Barat menciptakan cara lain, yakni kekerasan fisik. Bahkan, dalam hal ini, ada unsur kesengajaan. Mereka sengaja melakukan kekerasan fisik dalam rangka menciptakan bentrokan dengan umat. Akibatnya, umat pun terpancing untuk melakukan perlawanan. Cara semacam ini mengandung bahaya besar bagi gerakan Islam dan para aktivisnya, terutama jika gerakan tersebut tidak mengetahui bagaimana cara mengarahkan umat; bagaimana cara memperoleh kepercayaan mereka dan mengkristalkannya dalam benak umat; serta bagaimana metode penerapannya secara jelas dan tidak kabur. Mereka pun akhirnya berupaya keras memalingkan perhatian umat ke arah cara-cara penyesatan yang justru dipakai oleh orang-orang kafir untuk menciptakan permusuhan antara gerakan dakwah dan umat.
Ketiga, menyerang ide gerakan politik melalui penyesatan pemikiran. Serangan terhadap ide gerakan politik ini muncul setelah Barat kafir melakukan penelitian, pengamatan, dan membuat kesimpulan. Hasilnya, mereka menyatakan bahwa selain gerakan politik tidak akan memiliki pengaruh sedikit pun terhadap realitas politik yang berkembang. Kesimpulan ini memang benar. Alasannya, gerakan Islam yang bukan gerakan politik —gerakan politik yang dimaksud adalah gerakan yang mengadopsi kemaslahatan umat dan berusaha mendirikan sebuah negara yang mengurusi urusan rakyat berdasarkan hukum-hukum Islam— tidak ada gunanya di hadapan Allah dan tidak pula ada manfaatnya dalam mengubah realitas yang ada.
Oleh karena itu, Barat berusaha sekuat tenaga untuk menyerang dan memerangi gagasan tentang politik dan gerakan politik dalam Islam, seraya memapankan ide sekularisme (pemisahan agama dari politik dan kehidupan) di tengah-tengah kaum Muslim. Lalu, bermunculanlah sejumlah penulis dan ulama yang sesat dan menyesatkan. Mereka, antara lain, menyatakan, “Tidak ada politik dalam agama dan tidak ada agama dalam politik. Sesungguhnya politik itu adalah kedustaan, kebohongan, dan penuh tipudaya,” dan seterusnya. Bahkan, ada sebagian dari mereka yang membuat sejumlah hadis palsu yang dinisbatkan kepada Rasulullah Saw seperti perkataan mereka:
Tidak ada kepartaian dalam Islam dan tidak ada politik dalam agama.
Sejatinya, perang terhadap ide ini tidak lain berarti memerangi putra-putri dakwah yang ikhlas, karena tidak ada keikhlasan tanpa aktivitas politik. Dengan kata lain, tidak ada keikhlasan jika tanpa ada aktivitas mengurus kemaslahatan kaum Muslim.
Keempat, godaan dan rayuan yang bisa menjatuhkan gerakan pada kehancuran akibat bergabungnya mereka dengan sistem pemerintah kufur. Ketika sebuah gerakan Islam menerima ide tentang kebolehan bergabung dengan pemerintahan yang kufur —seperti masuk ke dalam kabinet, ikut membuat hukum positif, turut serta mengegolkan berbagai kebijakan politik melalui parlemen— maka apa yang dilakukannya sama saja dengan menusukkan belati beracun ke arah jantungnya sendiri. Artinya, gerakan Islam yang bertindak demikian pada dasarnya sedang melakukan tindakan “bunuh diri”. Alasannya, apa yang telah dilakukannya akan menghilangkan kepercayaan umat kepadanya, sementara ia sendiri tercemar oleh keburukan dan kezaliman sistem kufur yang dimasukinya. Contohnya adalah apa yang terjadi di Turki. Militer berhasil mendorong Partai Refah masuk ke dalam sistem pemerintahan sekular. Setelah Refah masuk, pihak militer kemudian merontokkannya, dan sekaligus melemparkannya begitu saja ke jalanan. Akibatnya, partai tersebut kehilangan kepercayaan dari banyak pendukung dan pengikutnya hingga bahkan meretakkan hubungannya dengan umat. Demikian juga yang terjadi di Yordania. Ada gerakan Islam yang kehilangan kepercayaan umat justru setelah bergabung dengan kabinet dan parlemen negara tersebut. Hal serupa terjadi juga di Sudan, yakni pada Hasan at-Turabi dan para pengikutnya yang telah masuk ke dalam parlemen negara itu. At-Turabi dan partainya tidak hanya ditinggalkan, tetapi juga dimusuhi, oleh penguasa yang dulu dibantunya naik ke tampuk kekuasaan.
Inilah cara-cara yang paling penting yang dipakai oleh orang-orang kafir dalam perang penyesatan melawan putra-putri umat yang ikhlas dan melawan aktivitas melanjutkan kehidupan Islam.
Sesungguhnya cara-cara penyesatan semacam ini telah dipelajari dan direncanakan oleh pihak Barat yang kafir dengan amat hati-hati. Oleh karena itu, diperlukan keahlian dan kesadaran yang tinggi dari gerakan Islam dan kaum Muslim untuk menghadapinya. Artinya, kewaspadaan para aktivis gerakan Islam dan kaum Muslim secara umum akan bahaya cara-cara penyesatan seperti di atas adalah hal yang niscaya dibutuhkan.
Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas sejumlah strategi penyesatan yang dilakukan oleh negara-negara kafir Barat dan antek-anteknya di negeri-negeri kaum Muslim berikut pengaruhnya dan implikasinya terhadap gerakan Islam. Lantas, bagaimana cara menghadapi berbagai serangan maupun strategi penyesatan yang keji ini?
Para agen perubahan dan umat yang ikhlas harus mengikuti beberapa garis besar berikut ini:
Pertama, memahami Islam, baik menyangkut ide (fikrah) maupun metode penerapan (tharîqah)-nya; baik pada aktivitas perubahan (‘amal taghyîr) maupun pada sebagian hukum praktisnya.
Kesadaran (pemahaman) merupakan senjata paling kuat yang harus dimiliki oleh sebuah gerakan Islam. Kesadaran juga merupakan senjata terkuat yang dimiliki umat. Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersabda:
Telah aku tinggalkan untuk kalian al-baydhâ’, yang malamnya bagaikan siangnya; tidak berpaling darinya setelahku, kecuali ia akan binasa. [HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi meng-hasan-kan hadis ini].
Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara; kalian tidak akan pernah tersesat selamanya selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yakni Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. [Dikeluarkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’).
Gerakan Islam maupun jamaah Islam yang hendak melakukan aktivitas perubahan harus mencurahkan segenap tenaga untuk melengkapi dirinya dengan kesadaran pemikiran dan kesadaran politik. Ia juga harus berupaya mengantarkan para anggotanya hingga mereka memiliki level kesadaran politik yang tinggi. Ia juga harus memfokuskan dirinya untuk membentuk jiwa kepemimpinan (syakhshiyyah al-qiyâdah). Jiwa kepemimpinan ini sangat dibutuhkan bagi kepemimpinan itu sendiri dan bagi pengaturan urusan masyarakat dengan sebaik-baik pengaturan sesuai dengan aturan Islam. Mengabaikan hal ini serta ketidakseriusan mengupayakan kesadaran tersebut akan menyebabkan kelemahan umat. Alasannya, kesadaran merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari umat. Oleh karena itu, umat harus sadar dan memahami dirinya sendiri dengan pemahaman yang sempurna. Umat harus memahami pula pemikirannya dengan pemahaman yang mendalam. Gerakan Islam harus berupaya dengan segenap wasilah yang ada untuk meraih dukungan dari masyarakat dengan cara mendorong dan mendekati mereka agar akal dan hati mereka menyatu dengan ide gerakan Islam tersebut.
Setiap gerakan Islam harus berupaya dengan serius untuk melenyapkan segala hal yang bisa merusak Islam atau memberangus setiap pemikiran yang bertentangan dengan manhaj gerakan Islam. Gerakan Islam juga harus ‘menyingkirkan’ setiap individu yang belum layak bergabung ke dalam tubuhnya. Kebersihan gerakan Islam merupakan metode untuk meraih kepercayaan masyarakat. Selain itu, gerakan Islam harus selalu istiqamah di dalam perkataan dan perbuatannya. Dengan begitu, umat tidak lagi mendapati larangan Allah SWT terdapat pada —atau dilakukan oleh— sebagian anggota gerakan Islam. Jika ini terjadi secara berulang-ulang, anggota gerakan Islam akan kehilangan kepercayaan dari umat; umat akan melakukan perlawanan dan penentangan; umat bahkan akan melakukan aktivitas kekerasan, pembunuhan, penyiksaan, dan pemutusan hubungan dengan gerakan Islam. Artinya, umat akan balik memangkas dan menentang ideologi yang dibawa gerakan Islam, walaupun ia berposisi di dalamnya.
Kedua, setiap gerakan Islam harus terus melakukan pengawasan (murâqabah). Upaya ini dilakukan untuk menghadang berbagai bentuk penyesatan serta penghancuran akal dan pemikiran umat. Upaya ini merupakan bagian dari aktivitas tabannî mashâlih al-ummah (menetapkan dan merespon berbagai kepentingan umat) dan mengatur urusan mereka. Tabannî mashâlih al-ummah merupakan tujuan dari aktivitas politik.
Orang kafir sangat serius dalam memerangi Islam —baik melalui pemikiran maupun langkah praktis— sebagaimana seriusnya mereka dalam menempuh kehidupan. Mereka banyak menciptakan strategi dan permainan yang kadang-kadang tidak bisa dideteksi oleh sebagian besar umat. Untuk mengungkap hal semacam ini tentu diperlukan tingkat kesadaran yang tinggi; dibutuhkan tingkat kesadaran yang cemerlang terhadap hukum Islam dan berbagai kejadian politik yang tengah terjadi; dibutuhkan pula upaya mencermati media massa, berbagai pemikiran sinting, ataupun berbagai penyesatan politik yang ada. Gerakan Islam Islam harus mencermati pula berbagai statemen yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga publisitas dan pengkajian, lembaga fatwa, serta para ulama penguasa. Hal ini terutama didasarkan pada realitas bahwa kesadaran dan penguasaan mayoritas umat terhadap permainan-permainan orang kafir secara umum sangatlah lemah.
Ketiga, menentang secara terus-menerus berbagai upaya yang dapat meragukan benak umat terhadap manhaj (metode) gerakan Islam, berbagai upaya pencampuradukkan antara pemikiran ‘melakukan aktivitas fisik’ dan manhaj gerakan Islam, serta berbagai upaya peraguan terhadap manhaj gerakan Islam.
Tugas utama gerakan Islam adalah mewujudkan semua perkara tersebut sebagai sesuatu yang alami bagi umat, mendidik umat dengan pendidikan yang jelas pada akal mereka, kemudian menjelaskan kepada masyarakat secara terus-menerus bahwa gerakan Islam —dalam aktivitasnya— harus terikat dengan metode syariat dan tidak boleh bertentangan dengannya. Penyelewengan umat dari metode dakwah adalah dosa dan akan mendatangkan siksaan dari Allah SWT. Metode dakwah tersebut adalah metode Rasulullah Saw yang ditempuh untuk menegakkan Daulah Islamiyah. Gerakan Islam harus menjelaskan kepada umat secara terus-menerus bahwa dirinya tidak memiliki hubungan dengan aktivitas fisik apa pun yang bersumber dari kelompok mana pun yang berjuang untuk Islam. Gerakan Islam juga harus menjelaskan bahwa ia tidak memiliki kaitan ataupun hubungan dengan gerakan-gerakan fisik tersebut.
Orang yang mengamati kasus Aljazair telah melihat bahwa pemerintah berhasil memanfaatkan sejumlah celah yang terdapat dalam tubuh FIS. Pemerintah juga berhasil menciptakan pemisah antara FIS dengan umat. Celah-celah tersebut tampak pada tidak adanya kejelasan dalam metode gerakannya dan ide yang diadopsinya dalam agenda gerakannya, di samping tidak adanya pusat komando serta banyaknya kepemimpinan dan pemikiran; kadang-kadang bahkan terjadi pertentangan pandangan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh para petinggi FIS. Seandainya tidak demikian, pemerintah Aljazair atau negara kafir mana pun tidak akan mampu menghancurkan tubuh gerakan Islam atau partai yang tangguh, suci, dan kuat.
Keempat, adanya pusat komando dan kepemimpinan tunggal. Gerakan Islam tidak diperkenankan —meskipun tempat aktivitasnya jauh dan anggotanya banyak— memiliki banyak pemimpin atau melakukan sejumlah upaya apa pun yang terpisah, walau sedikit, dengan pemikiran dan gerakannya.
Kelima, mengarahkan dendam umat melawan sistem pemerintah tatkala pemerintah melakukan aktivitas fisik dan berupaya menisbatkan aktivitas fisik tersebut kepada gerakan Islam untuk meraih target atau tujuan tertentu. Untuk mewujudkan hal ini tidaklah sulit. Syaratnya, gerakan Islam tersebut bersih dari kotoran apa pun; pemikiran dan manhaj-nya jelas; bisa meraih kepercayaan umat; dihiasi dengan keteguhan, istiqamah, dan ketakwaan pada setiap perbuatan, perkataan, dan manhaj politiknya.
Negara kafir berupaya terus-menerus meragukan umat. Mereka, misalnya, menyatakan bahwa Hizbut Tahrir telah melakukan berbagai aktivitas fisik. Pemerintah Yordan telah mempropagandakan tuduhan semacam ini secara berulang-ulang, walaupun upaya ini selalu gagal. Penguasa Uzbekistan juga melakukan hal serupa. Mereka juga menisbatkan beberapa aktivitas fisik, misalnya perbuatan-perbuatan keji, kepada para anggota Hizbut Tahrir. Akan tetapi, Hizbut Tahrir dan umat juga menentang upaya-upaya ini. Kepercayaan umat justru semakin bertambah kepada Hizbut Tahrir. Sebaliknya, mereka semakin dendam kepada sistem pemerintah. Semua ini disebabkan karena umat lebih percaya kepada Hizbut Tahrir daripada kepada penguasa.
Keenam, mewujudkan kesadaran kepada diri umat terhadap berbagai pemikiran ataupun aktivitas politik. Umat harus paham bahwa gerakan Islam haruslah berwujud gerakan politik yang selalu mengatur dan menjaga kemaslahatan umat. Caranya adalah dengan menyingkap berbagai rencana jahat melawan umat Islam, di samping menjauhkan umat dari penguasa, antek-anteknya, dan berbagai makar mereka melawan umat. Umat harus memahami bahwa gerakan Islam harus melakukan aktivitas politik untuk mewujudkan pemikiran politiknya dalam kenyataan hidup. Semua itu hanya akan terwujud dalam naungan Daulah yang akan mengatur urusan masyarakat dengan hukum-hukum Islam.
Pemikiran politik tersebut, meskipun telah terwujud dalam bentuk yang sempurna dan telah tersebar luas, masih diselubungi oleh sejumlah faktor yang menutupi mata masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh adanya perang keji yang ditebarkan oleh ulama pro-penguasa —tidak ada keberkahan atas mereka— terhadap pemikiran politik tersebut.
Metode untuk menyadarkan umat terhadap pemikiran politik ini adalah dengan cara mengaitkannya dengan berbagai hukum dan persepsi Islam, serta dengan berbagai penunjukkan bahasa Arab yang menjelaskan makna politik dan aktivitas politik serta pentingnya politik bagi kehidupan umat. Sebagai contoh, umat telah memahami bahwa kata as-siyâsah (politik) bermakna al-ri’âyah (pengaturan), bukan bermakna tipudaya, kedustaan, dan pengkhianatan —sebagaimana dipahami oleh orang-orang Barat. Makna politik seperti itu telah disebutkan di dalam Kamus Lisân al-’Arab dan dalam sejumlah hadis yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw, misalnya, bersabda:
Bani Israel selalu diatur urusannya oleh para nabi mereka. Tatkala seorang nabi wafat, nabi yang lain akan mengantikannya. Akan tetapi, tidak ada nabi setelahku, dan yang ada adalah ada para khalifah. [HR al-Bukhari].
Khalifah, penguasa, atau orang yang menyelenggarakan urusan ini disebut dengan pengurus umat (râ’iyyan li al-ummah). Oleh karena itu, disebutkan dalam sebuah hadis demikian:
Setiap kalian adalah pemimpin (râ’in) dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. [HR. al-Bukhari].
Oleh karena itu, dalam terma bahasa Arab, ar-ri’âyah dan as-siyâsah bermakna sama; tidak ada perbedaan makna di antara keduanya. Di luar itu, yakni sejumlah pemahaman dan pemikiran di atas —yang bersumber dari Barat— adalah berbahaya dan bisa menyesatkan umat.
Ada beberapa upaya yang harus dilakukan gerakan Islam dan umat untuk menghadang berbagai upaya di atas.
Keharusan Bersikap Istiqamah
Istiqamah adalah kehidupan bagi individu, gerakan dakwah, dan umat. Allah SWT telah memerintahkan, bahkan menekankan, untuk selalu beristiqamah, meskipun Rasulullah dan para sahabatnya sedang menempuh fase dakwah yang paling sulit. Allah SWT telah menyerukan Rasul dan kaum Mukmin yang berjuang bersama beliau dengan firman-Nya:
Tetaplah engkau pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat besertamu serta janganlah engkau melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa saja yang engkau kerjakan. (Qs. Hûd [11]: 112).
Allah SWT tidak mengabaikan amal dan keikhlasan seseorang kepada-Nya. Allah SWT berfirman —sementara firman-Nya pasti benar— sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu. (Qs. al-Hajj [22]: 38-39).
Sesungguhnya semua jenis peperangan yang dikibarkan oleh pengemban bendera kekafiran melawan pengemban bendera Islam —apakah dengan cara penyesatan atau dengan peperangan fisik— pada hakikatnya merupakan aktivitas perang melawan Allah SWT, sebelum menjadi peperangan melawan para pengemban dakwah. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang sebelum mereka juga telah mendapat kehinaan. (Qs. al-Mujadalah [58]: 5).
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa saja yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Qs. al-An’âm [6]: 33).
Rasulullah Saw bersabda:
Barangsiapa memusuhi waliku, sungguh ia telah mengumumkan perang kepadaku. [HR. al-Bayhaqi].
Sesungguhnya perang yang telah menghadang panggilan Allah SWT dan melawan para pengemban bendera-Nya dari golongan kaum Mukmin yang beramal dengan ikhlas akan berakhir dengan pertolongan (kemenangan) —dengan izin Allah— bagi pengikut kebenaran dan keimanan. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (Hari Kiamat). (Qs. al-Mukmin [40]: 51).
Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Pemilik pembalasan. (Qs. Ibrahim [14]: 47).
Mereka memikirkan tipudaya dan Allah menggagalkan tipudaya itu. Allah sebaik-baik Pembalas tipudaya. (Qs. al-Anfâl [8]: 30).
Sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar, padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Qs. Ibrahim [14]: 46).
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sedangkan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (Qs. at-Taubah [9]: 32).
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sedangkan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Qs. ash-Shaff [61]: 8).
Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, menjadikan mereka pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (Qs. al-Qashash [28]: 5).
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang salih di antara kalian bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Qs. an-Nûr [24]: 55).
Pengemban dakwah harus memiliki keyakinan terhadap pertolongan Allah. Pertolongan ini adalah pemberian dari Allah SWT. Pengemban dakwah tidak lain kecuali diperintahkan untuk bersabar atas ujian dan cobaan sampai Allah memberikan pertolongan dan kekuatan-Nya. Dengan itu, bendera Islam (râyât al-’uqâb) kembali berkibar di penjuru dunia atas izin-Nya. Allah akan memuliakan orang-orang beriman, menghinakan kaum kafir dan munafik, menegakkan kebenaran, serta menghancurkan kebatilan —dan sesungguhnya kebatilan itu akan dikalahkan.
Allah SWT berfirman:
Katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Qs. al-Isrâ’ [17]: 81).
Akhir kata, puji syukur hanyalah milik Allah SWT.
[Sumber : Majalah Al-Waie Edisi 09 (Mei 2001) dan Edisi 10 (Juni 2001)]